Macam-macam proyeksi peta
04.39 | Posted by Yohanes Eko Wicaksono
2. Macam-macam Proyeksi peta
1. | Berdasarkan sifat asli yang dipertahankan | |
a. | Proyeksi Ekuivalen adalah luas daerah dipertahankan sama, artinya luas di atas peta sama dengan luas di atas muka bumi setelah dikalikan skala. | |
b. | Proyeksi Konform artinya bentuk-bentuk atau sudut-sudut pada peta dipertahankan sama dengan bentuk aslinya. | |
c. | Proyeksi Ekuidistan artinya jarak-jarak di peta sama dengan jarak di muka bumi setelah dikalikan skala. | |
2. | Berdasarkan Kedudukan Sumbu Simetris | |
a. | Proyeksi Normal, apabila sumbu simetrisnya berhimpit dengan sumbu bumi. | |
b. | Proyeksi Miring, apabila sumbu simetrinya membentuk sudut terhadap sumbu bumi. | |
c. | Proyeksi Transversal, apabila sumbu simetrinya tegak lurus pada sumbu bumi atau terletak di bidang ekuator. Proyeksi ini disebut juga Proyeksi ekuatorial. | |
3. | Berdasarkan bidang asal proyeksi yang digunakan | |
a. | Proyeksi Zenithal (Azimuthal), adalah proyeksi yang menggunakan bidang datar sebagai bidang proyeksinya. Proyeksi ini menyinggung bola bumi dan berpusat pada satu titik. Ciri-ciri Proyeksi Azimuthal: Proyeksi Azimuthal dibedakan 3 macam, yaitu: |
RUMPUT LAMUN
06.18 | Posted by Yohanes Eko Wicaksono
Seperti layaknya padang rumput, seagrass dapat menyebar dengan perpanjangan ryzom (batang akar). Penyebaran seagrass terlihat sedikit unik dengan pola penyebaran yang sangat tergantung pada topografi dasar pantai, kandungan nutrient dasar perairan (substrate) dan beberapa faktor fisik dan kimia lainnya. Kadang terlihat pola penyebaran yang tidak merata dengan kepadatan yang relative rendah dan bahkan terdapat semacang ruang-ruang kosong di tengah padang lamun yang tidak tertumbuhi oleh lamun. dan kadang terlihat pola penyebaran yang berkelompok-kelompok. namun juga terdapat banyak pola penyebaran yang merata tumbuh hampir pada seluruh garis pantai landai dengan kepadatan yang sedang dan bahkan tinggi. Berbeda dengan seaweed, yang umunnya sangat memerlukan benda keras di dasar perairan sebagai susbtrat untuk melekat. namun memang ada juga banyak yang tumbuh dan menyebar secara alami dengan substrate dasar yang lunak….
Ekosistem lamun ('''Seagrass ecosystem'''), Lamun (seagrass) adalah satu satunya kelompok tumbuh-tumbuhan berbunga yang hidup di lingkungan laut. Tumbuh tumbuhan ini hidup di habitat perairan pantai yang dangkal. Seperti hal¬nya rumput di darat, mereka mempunyai tunas berdaun yang tegak dan tangkai tangkai yang merayap yang efektif untuk berbiak. Berbeda dengan tumbuh tumbuhan laut lainnya (alga dan rumput laut), lamun berbunga, berbuah dan meng¬hasilkan biji. Mereka juga mempunyai akar dan sistem internal untuk mengangkut gas dan zat zat hara. Sebagai sumberdaya hayati, lamun banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.
Secara tradisional lamun telah dimanfaatkan untuk keranjang anyaman, dibakar untuk garam, soda atau penghangat, bahan isian kasur, atap, bahan kemasan, pupuk, isolasi suara dan suhu. Pada jaman modern ini, lamun dimanfaatkan antara lain sebagai penyaring limbah, stabilisator pantai, pupuk, makanan dan obat obatan.
Padang lamun berlaku sebagai daerah asuhan, pelindung dan tempat makan ikan, Avertebrata, dugong dan sebangsanya. Padang lamun juga berinteraksi dengan terumbu karang dan mangrove. Ekosistem lamun ini terdapat di banyak perairan pantai di negara kita. Di Kepulauan Seribu, misalnya, terdapat ekosistem ini yang berdampingan dengan mangrove dan terumbu karang. Ekosistem ini dikaitkan dengan kehadiran dugong karena tumbuh tumbuhan lamun menjadi makanannya.
Terumbu Karang
07.06 | Posted by Yohanes Eko Wicaksono
Penjelasan umum mengenai ekosistem terumbu karang
Istilah terumbu karang tersusun atas dua kata, yaitu terumbu dan karang, yang apabila berdiri sendiri akan memiliki makna yang jauh berbeda bila kedua kata tersebut digabungkan. Istilah terumbu karang sendiri sangat jauh berbeda dengan karang terumbu, karena yang satu mengindikasikan suatu ekosistem dan kata lainnya merujuk pada suatu komunitas bentik atau yang hidup di dasar substrat. Berikut ini adalah definisi singkat dari terumbu, karang, karang terumbu, dan terumbu karang (gambar 1).
Terumbu Reef =
Endapan masif batu kapur (limestone), terutama kalsium karbonat (CaCO3), yang utamanya dihasilkan oleh hewan karang dan biota-biota lain yang mensekresi kapur, seperti alga berkapur dan moluska.
Konstruksi batu kapur biogenis yang menjadi struktur dasar suatu ekosistem pesisir. Dalam dunia navigasi laut, terumbu adalah punggungan laut yang terbentuk oleh batu karang atau pasir di dekat permukaan air.
Karang Coral =
Disebut juga karang batu (stony coral), yaitu hewan dari Ordo Scleractinia, yang mampu mensekresi CaCO3. Hewan karang tunggal umumnya disebut polip.
Karang terumbu =
Pembangun utama struktur terumbu, biasanya disebut juga sebagai karang hermatipik (hermatypic coral).
Berbeda dengan batu karang (rock), yang merupakan benda mati.
Terumbu karang =
Ekosistem di dasar laut tropis yang dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur (CaCO3) khususnya jenisjenis karang batu dan alga berkapur, bersama-sama dengan biota yang hidup di dasar lainnya seperti jenisjenis moluska, krustasea, ekhinodermata, polikhaeta, porifera, dan tunikata serta biota-biota lain yang hidup bebas di perairan sekitarnya, termasuk jenis-jenis plankton dan jenis-jenis nekton
Tipe-tipe terumbu karang
Berdasarkan bentuk dan hubungan perbatasan tumbuhnya terumbu karang dengan daratan (land masses) terdapat tiga klasifikasi tipe terumbu karang yang sampai sekarang masih secara luas dipergunakan. Ketiga tipe tersebut adalah (gambar 2):
1. Terumbu karang tepi (fringing reefs)
Terumbu karang tepi atau karang penerus berkembang di mayoritas pesisir pantai dari pulau-pulau besar. Perkembangannya bisa mencapai kedalaman 40 meter dengan pertumbuhan ke atas dan ke arah luar menuju laut lepas. Dalam proses perkembangannya, terumbu ini berbentuk melingkar yang ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang mengelilingi pulau. Pada pantai yang curam, pertumbuhan terumbu jelas mengarah secara vertikal. Contoh: Bunaken (Sulawesi), P. Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).
2. Terumbu karang penghalang (barrier reefs)
Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatif jauh dari pulau, sekitar 0.5¬2 km ke arah laut lepas dengan dibatasi oleh perairan berkedalaman hingga 75 meter. Terkadang membentuk lagoon (kolom air) atau celah perairan yang lebarnya mencapai puluhan kilometer. Umumnya karang penghalang tumbuh di sekitar pulau sangat besar atau benua dan membentuk gugusan pulau karang yang terputus-putus. Contoh: Great Barrier Reef (Australia), Spermonde (Sulawesi Selatan), Banggai Kepulauan (Sulawesi Tengah).
3. Terumbu karang cincin (atolls)
Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulau¬pulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan daratan. Menurut Darwin, terumbu karang cincin merupakan proses lanjutan dari terumbu karang penghalang, dengan kedalaman rata-rata 45 meter. Contoh: Taka Bone Rate (Sulawesi), Maratua (Kalimantan Selatan), Pulau Dana (NTT), Mapia (Papua)
Namun demikian, tidak semua terumbu karang yang ada di Indonesia bisa digolongkan ke dalam salah satu dari ketiga tipe di atas. Dengan demikian, ada satu tipe terumbu karang lagi yaitu:
4. Terumbu karang datar/Gosong terumbu (patch reefs)
Gosong terumbu (patch reefs), terkadang disebut juga sebagai pulau datar (flat island). Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan dan, dalam kurun waktu geologis, membantu pembentukan pulau datar. Umumnya pulau ini akan berkembang secara horizontal atau vertikal dengan kedalaman relatif dangkal. Contoh: Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Kepulauan Ujung Batu (Aceh)
Distribusi terumbu karang
Ekosistem terumbu karang dunia diperkirakan meliputi luas 600.000 km2, dengan batas sebaran di sekitar perairan dangkal laut tropis, antara 30 °LU dan 30 °LS. Terumbu karang dapat ditemukan di 109 negara di seluruh dunia, namun diduga sebagian besar dari ekosistem ini telah mengalami kerusakan
atau dirusak oleh kegiatan manusia setidaknya terjadi di 93 negara. Gambar 1 memperlihatkan peta lokasi sebaran ekosistem terumbu karang di seluruh dunia.
erdasarkan distribusi geografinya maka 60% dari terumbu dunia ditemukan di Samudera Hindia dan Laut Merah, 25% berada di Samudera Pasifik dan sisanya 15% terdapat di Karibia. Pembagian wilayah terumbu karang dunia yang lain dan lebih umum digunakan adalah:
a. ndo-Pasifik,
Region Indo-Pasifik terbentang mulai dari Asia Tenggara sampai ke Polinesia dan Australia, ke bagian barat sampai ke Samudera sampai Afrika Timur. Region ini merupakan bentangan terumbu karang yang terbesar dan terkaya dalam hal jumlah spesies karang, ikan, dan moluska.
b. Atlantik bagian barat,
Region Atlantik Barat terbentang dari Florida sampai Brazil, termasuk daerah Bermuda, Bahamas, Karibia, Belize dan Teluk Meksiko.
c. Laut Merah,
Region Laut Merah, terletak di antara Afrika dengan Saudi Arabia.
Terumbu karang adalah ekosistem khas daerah tropis dengan pusat penyebaran di wilayah Indo-Pasifik. Terbatasnya penyebaran terumbu karang di perairan tropis dan secara melintang terbentang dari wilayah selatan Jepang sampai utara Australia dikontrol oleh faktor suhu dan sirkulasi permukaan (surface circulation). Penyebaran terumbu karang secara membujur sangat dipengaruhi oleh konektivitas antar daratan yang menjadi stepping stones melintasi samudera. Kombinasi antara faktor lingkungan fisik (suhu dan sirkulasi permukaan) dengan banyaknya jumlah stepping stones yang terdapat di wilayah Indo-Pasifik diperkirakan menjadi faktor yang sangat mendukung luasnya pemencaran terumbu karang dan tingginya keanekaragaman hayati biota terumbu karang di wilayah tersebut
Windward reef
Windward merupakan sisi yang menghadap arah datangnya angin. Zona ini diawali oleh reef slope atau lereng terumbu yang menghadap ke arah laut lepas. Di reef slope, kehidupan karang melimpah pada kedalaman sekitar 50 meter dan umumnya didominasi oleh karang lunak. Namun, pada kedalaman sekitar 15 meter sering terdapat teras terumbu atau reef front yang memiliki kelimpahan karang keras yang cukup tinggi dan karang tumbuh dengan subur.
Mengarah ke dataran pulau atau gosong terumbu (patch reef), di bagian atas reef front terdapat penutupan alga koralin yang cukup luas di punggungan bukit terumbu tempat pengaruh gelombang yang kuat. Daerah ini disebut sebagai pematang alga atau algal ridge. Akhirnya zona windward diakhiri oleh rataan terumbu (reef flat) yang sangat dangkal
Leeward reef
Leeward merupakan sisi yang membelakangi arah datangnya angin. Zona ini umumnya memiliki hamparan terumbu karang yang lebih sempit daripada windward reef dan memiliki bentangan goba (lagoon) yang cukup lebar. Kedalaman goba biasanya kurang dari 50 meter, namun kondisinya kurang ideal untuk pertumbuhan karang karena kombinasi faktor gelombang dan sirkulasi air yang lemah serta sedimentasi yang lebih besar.
SUMBER:http://web.ipb.ac.id/~dedi_s/index.php?option=com_content&task=view&id=20&Itemid=48
Wayang
07.00 | Posted by Yohanes Eko Wicaksono
Kesenian wayang dalam bentuknya yang asli timbul sebelum kebudayaan Hindu masuk di Indonesia dan mulai berkembang pada jaman Hindu Jawa. Pertunjukan Kesenian wayang adalah merupakan sisa-sisa upacara keagamaan orang Jawa yaitu sisa-sisa dari kepercayaan animisme dan dynamisme. Tentang asal-usul kesenian wayang hingga dewasa ini masih merupakan suatu masalah yang belum terpecahkan secara tuntas. Namun demikian banyak para ahli mulai mencoba menelusuri sejarah perkembangan wayang dan masalah ini ternyata sangat menarik sebagai sumber atau obyek penelitian. Menurut Kitab Centini, tentang asal-usul wayang Purwa disebutkan bahwa kesenian wayang, mula-mula sekali diciptakan oleh Raja Jayabaya dari Kerajaan Mamenang / Kediri. Sektar abad ke 10 Raja Jayabaya berusaha menciptakan gambaran dari roh leluhurnya dan digoreskan di atas daun lontar. Bentuk gambaran wayang tersebut ditiru dari gambaran relief cerita Ramayana pada Candi Penataran di Blitar. Ceritera Ramayana sangat menarik perhatiannya karena Jayabaya termasuk penyembah Dewa Wisnu yang setia, bahkan oleh masyarakat dianggap sebagai penjelmaan atau titisan Batara Wisnu. Figur tokoh yang digambarkan untuk pertama kali adalah Batara Guru atau Sang Hyang Jagadnata yaitu perwujudan dari Dewa Wisnu.
Masa berikutnya yaitu pada jaman Jenggala, kegiatan penciptaan wayang semakin berkembang. Semenjak Raja Jenggala Sri Lembuami luhur wafat, maka pemerintahan dipegang oleh puteranya yang bernama Raden Panji Rawisrengga dan bergelar Sri Suryawisesa. Semasa berkuasa Sri Suryawisesa giat menyempurnakan bentuk wayang Purwa. Wayang-wayang hasil ciptaannya dikumpulkan dan disimpan dalam peti yang indah. Sementara itu diciptakan pula pakem ceritera wayang Purwa. Setiap ada upacara penting di istana diselenggarakan pagelaran Wayang Purwa dan Sri Suryawisesa sendiri bertindak sebagal dalangnya.
Para sanak keluarganya membantu pagelaran dan bertindak sebagai penabuh gamelan. Pada masa itu pagelaran wayang Purwa sudah diiringi dengan gamelan laras slendro. Setelah Sri Suryawisesa wafat, digantikan oleh puteranya yaitu Raden Kudalaleyan yang bergelar Suryaamiluhur. Selama masa pemerintahannya beliau giat pula menyempurnakan Wayang. Gambar-gambar wayang dari daun lontar hasil ciptaan leluhurnya dipindahkan pada kertas dengan tetap mempertahankan bentuk yang ada pada daun lontar. Dengan gambaran wayang yang dilukis pada kertas ini, setiap ada upacara penting di lingkungan kraton diselenggarakan pagelaran wayang.Pada jaman Majapahit usaha melukiskan gambaran wayang di atas kertas disempurnakan dengan ditambah bagian-bagian kecil yang digulung menjadi satu. Wayang berbentuk gulungan tersebut, bilamana akan dimainkan maka gulungan harus dibeber. Oleh karena itu wayang jenis ini biasa disebut wayang Beber. Semenjak terciptanya wayang Beber tersebut terlihat pula bahwa lingkup kesenian wayang tidak semata-mata merupakan kesenian Kraton, tetapi malah meluas ke lingkungan diluar istana walaupun sifatnya masih sangat terbatas. Sejak itu masyarakat di luar lingkungan kraton sempat pula ikut menikmati keindahannya. Bilamana pagelaran dilakukan di dalam istana diiringi dengan gamelan laras slendro. Tetapi bilamana pagelaran dilakukan di luar istana, maka iringannya hanya berupa Rebab dan lakonnya pun terbatas pada lakon Murwakala, yaitu lakon khusus untuk upacara ruwatan. Pada masa pemerintahan Raja Brawijaya terakhir, kebetulan sekali dikaruniai seorang putera yang mempunyai keahlian melukis, yaitu Raden Sungging Prabangkara. Bakat puteranya ini dimanfaatkan oleh Raja Brawijaya untuk menyempurkan wujud wayang Beber dengan cat. Pewarnaan dari wayang tersebut disesuaikan dengan wujud serta martabat dari tokoh itu, yaitu misalnya Raja, Kesatria, Pendeta, Dewa, Punakawan dan lain sebagainya. Dengan demikian pada masa akhir Kerajaan Majapahit, keadaan wayang Beber semakin Semarak. Semenjak runtuhnya kerajaan Majapahit dengan sengkala ; Geni murub siniram jalma ( 1433 / 1511 M ), maka wayang beserta gamelannya diboyong ke Demak. Hal ini terjadi karena Sultan Demak Syah Alam Akbar I sangat menggemari seni kerawitan dan pertunjukan wayang.
Pada masa itu sementara pengikut agama Islam ada yang beranggapan bahwa gamelan dan wayang adalah kesenian yang haram karena berbau Hindu. Timbulnya perbedaan pandangan antara sikap menyenangi dan mengharamkan tersebut mempunyai pengaruh yang sangat penting terhadap perkembangan kesenian wayang itu sendiri. Untuk menghilangkan kesan yang serba berbau Hindu dan kesan pemujaan kepada arca, maka timbul gagasan baru untuk menciptakan wayang dalam wujud baru dengan menghilangkan wujud gambaran manusia. Berkat keuletan dan ketrampilan para pengikut Islam yang menggemari kesenian wayang, terutama para Wali, berhasil menciptakan bentuk baru dari Wayang Purwa dengan bahan kulit kerbau yang agak ditipiskan dengan wajah digambarkan miring, ukuran tangan di-buat lebih panjang dari ukuran tangan manusia, sehingga sampai dikaki. Wayang dari kulit kerbauini diberi warna dasar putih yang dibuat dari campuran bahan perekat dan tepung tulang, sedangkan pakaiannya di cat dengan tinta.
Pada masa itu terjadi perubahan secara besar- besaran diseputar pewayangan. Disamping bentuk wayang baru, dirubah pula tehnik pakelirannya, yaitu dengan mempergunakan sarana kelir / layar, mempergunakan pohon pisang sebagai alat untuk menancapkan wayang, mempergunakan blencong sebagai sarana penerangan, mempergunakan kotak sebagai alat untuk menyimpan wayang. Dan diciptakan pula alat khusus untuk memukul kotak yang disebut cempala. Meskipun demikian dalam pagelaran masih mempergunakan lakon baku dari Serat Ramayana dan Mahabarata, namun disana- sini sudah mulai dimasukkan unsur dakwah, walaupun masih dalam bentuk serba pasemon atau dalam bentuk lambang-lambang. Adapun wayang Beber yang merupakan sumber, dikeluarkan dari pagelaran istana dan masih tetap dipagelarkan di luar lingkungan istana.
Pada jaman pemerintahan Sultan Syah Alam Akbar III atau Sultan Trenggana, perwujudan wayang kulit semakin semarak. Bentuk-bentuk baku dari wayang mulai diciptakan. Misalnya bentuk mata, diperkenalkan dua macam bentuk liyepan atau gambaran mata yang mirip gabah padi atau mirip orang yang sedang mengantuk. Dan mata telengan yaitu mata wayang yang berbentuk bundar. Penampilan wayang lebih semarak lagi karena diprada dengan cat yang berwarna keemasan.
Pada jaman itu pula Susuhunan Ratu Tunggal dari Giri, berkenan menciptakan wayang jenis lain yaitu wayang Gedog. Bentuk dasar wayang Gedog bersumber dari wayang Purwa. Perbedaannya dapat dilihat bahwa untuk tokoh laki-laki memakai teken. Lakon pokok adalah empat negara bersaudara, yaitu Jenggala, Mamenang / Kediri, Ngurawan dan Singasari. Menurut pendapat Dr. G.A.J. Hazeu, disebutkan bahwa kata "Gedog" berarti kuda. Dengan demikian pengertian dari Wayang Gedog adalah wayang yang menampilkan ceritera-ceritera Kepahlawanan dari "Kudawanengpati"atau yang lebih terkenal dengan sebutan Panji Kudhawanengpati. Pada pagelaran wayang Gedog diiringi dengan gamelan pelog. Sunan Kudus salah seorang Wali di Jawa menetapkan wayang Gedog hanya dipagelarkan di dalam istana. Berhubung wayang Gedog hanya dipagelarkan di dalam istana, maka Sunan Bonang membuat wayang yang dipersiapkan sebagai tontonan rakyat, yaitu menciptakan wayang Damarwulan . Yang dijadikan lakon pokok adalah ceritera Damarwulan yang berkisar pada peristiwa kemelut kerajaan Majapahit semasa pemerintahan Ratu Ayu Kencana Wungu, akibat pemberontakan Bupati Blambangan yang bernama Minak Jinggo.
Untuk melengkapi jenis wayang yang sudah ada, Sunan Kudus menciptakan wayang Golek dari kayu. Lakon pakemnya diambil dari wayang Purwa dan diiringi dengan gamelan Slendro, tetapi hanya terdiri dari gong, kenong, ketuk, kendang, kecer dan rebab. Sunan Kalijaga tidak ketinggalan juga, untuk menyemarakkan perkembangan seni pedalangan pada masa itu dengan menciptakan Topeng yang dibuat dari kayu. Pokok ceriteranya diambil dari pakem wayang Gedog yang akhirnya disebut dengan topeng Panji. Bentuk mata dari topeng tersebut dibuat mirip dengan wayang Purwa. Pada masa Kerajaan Mataram diperintah oleh Panembahan Senapati atau Sutawijaya, diadakan perbaikan bentuk wayang Purwa dan wayang Gedog. Wayang ditatah halus dan wayang Gedog dilengkapi dengan keris.
Disamping itu baik wayang Purwa maupun wayang Gedog diberi bahu dan tangan yang terpisah dan diberi tangkai. Pada masa pemerintahan Sultan Agung Anyakrawati, wayang Beber yang semula dipergunakan untuk sarana upacara ruwatan diganti dengan wayang Purwa dan ternyata berlaku hingga sekarang. Pada masa itu pula diciptakan beberapa tokoh raksasa yang sebelumnya tidak ada, antara lain Buto Cakil. Wajah mirip raksasa, biasa tampil dalam adegan Perang Kembang atau Perang Bambangan.
Perwujudan Buta Cakil ini merupakan sengkalan yang berbunyi: Tangan Jaksa Satataning Jalma ( 1552 J / 1670 M ). Dalam pagelaran wayang Purwa tokoh Buta Cakil merupakan lambang angkara murka. Bentuk penyempurnaan wayang Purwa oleh Sultan Agung tersebut diakhiri dengan pembuatan tokoh raksasa yang disebut Buta Rambut Geni, yaitu merupakan sengkalan yang berbunyi Urubing Wayang Gumulung Tunggal: ( 1553 J / 1671 M ). Sekitar abad ke 17, Raden Pekik dari Surabaya menciptakan wayang Klitik, yaitu wayang yang dibuat dari kayu pipih, mirip wayang Purwa. Dalam pagelarannya dipergunakan pakem dari ceritera Damarwulan, pelaksanaan pagelaran dilakukan pada siang hari.
Pada tahun 1731 Sultan Hamangkurat I menciptakan wayang dalam bentuk lain yaitu wayang Wong. Wayang wong adalah wayang yang terdiri dari manusia dengan mempergunakan perangkat atau pakaian yang dibuat mirip dengan pakaian yang ada pada wayang kulit.
Dalam pagelaran mempergunakan pakem yang berpangkal dari Serat Ramayana dan Serat Mahabarata. Perbedaan wayang Wong dengan wayang Topeng adalah ; pada waktu main, pelaku dari wayang Wong aktif berdialog; sedangkan wayang Topeng dialog para pelakunya dilakukan oleh dalang.Pada jaman pemerintahan Sri Hamangkurat IV; beliau dapat warisan Kitab Serat Pustakaraja Madya dan Serat Witaraja dari Raden Ngabehi Ranggawarsito. Isi buku tersebut menceriterakan riwayat Prabu Aji Pamasa atau Prabu Kusumawicitra yang bertahta di negara Mamenang / Kediri.Kemudian pindah Kraton di Pengging. Isi kitab ini mengilhami beliau untuk menciptakan wayang baru yang disebut wayang Madya. Ceritera dari Wayang Madya dimulai dari Prabu Parikesit, yaitu tokoh terakhir dari ceritera Mahabarata hingga Kerajaan Jenggala yang dikisahkan dalam ceritera Panji.Bentuk wayang Madya, bagian atas mirip dengan wayang Purwa, sedang bagian bawah mirip bentuk wayang gedog. Semasa jaman Revolusi fisik antara tahun 1945 - 1949, usaha untuk mengumandangkan tekad pejuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dilakukan dengan berbagai cara.
Salah satu usaha ialah melalui seni pedalangan. Khusus untuk mempergelarkan ceritera- ceritera perjuangan tersebut, maka diciptakanlah wayang Suluh.Wayang Suluh berarti wayang Penerangan, karena kata Suluh berarti pula obor sebagai alat yang biasa dipergunakan untuk menerangi tempat yang gelap. Bentuk wayang Suluh, baik potongannya maupun pakaiannya mirip dengan pakaian orang sehari-hari.Bahan dipergunakan untuk membuat wayang Suluh ada yang berasal dari kulit ada pula yang berasal dari kayu pipih. Ada sementara orang berpendapat bahwa wayang suluh pada mulanya lahir di daerah Madiun yang di ciptakan oleh salah seorang pegawai penerangan dan sekaligus sebagai dalangnya. Tidak ada bentuk baku dari wayang Suluh, karena selalu mengikuti perkembangan jaman. Hal ini disebabkan khususnya cara berpakaian masyarakat selalu berubah, terutama para pejabatnya. .
Tokoh-tokoh wayang
Dewa-Dewi dalam dunia pewayangan merupakan Dewa-dewi yang muncul dalam mitologi agama Hindu di India, dan diadaptasi oleh budaya Jawa.
1. Sang Hyang Adhama
2. Sang Hyang Sita
3. Sang Hyang Nurcahya
4. Sang Hyang Nurrasa
5. Sang Hyang Wenang
6. Sang Hyang Tunggal
7. Sang Hyang Rancasan
8. Sang Hyang Ismaya
9. Sang Hyang Manikmaya
10. Batara Bayu
11. Batara Brahma
12. Batara Chandra
13. Batara Guru
14. Batara Indra
15. Batara Kala
16. Batara Kresna
17. Batara Kamajaya
18. Batara Narada
19. Batara Surya
20. Batara Wisnu
21. Batara Yamadipati
22. Betari Durga
23. Batara Kuwera
24. Batara Cingkarabala
25. Batara Balaupata
26. Hyang Patuk
27. Hyamh Temboro
RAMAYANA
Tokoh-tokoh Ramayana dalam budaya pewayangan Jawa diambil dan diadaptasi dari Mitologi Hindu di India.
1. Anggada
2. Anila
3. Anjani
4. Dasarata
5. Garuda Jatayu
6. Hanuman
7. Indrajit
8. Jatayu
9. Jembawan
10. Kosalya
11. Kumbakarna
12. Aswanikumba
13. Kumba-kumba
14. Laksmana
15. Parasurama
16. Prahastha
17. Rama Wijaya
18. Prabu Somali
19. Rawana
20. Satrugna
21. Sita
22. Dewi Windradi
23. Subali
24. Sugriwa
25. Sumitra
26. Surpanaka (Sarpakenaka)
27. Trikaya
28. Trijata
29. Trinetra
30. Trisirah
31. Gunawan Wibisana
32. Wilkataksini
MAHABHARATA
Tokoh-tokoh Mahabharata dalam budaya pewayangan Jawa diambil dan diadaptasi dari Mitologi Hindu di India.
1. Abimanyu
2. Resi Abyasa
3. Antareja
4. Antasena
5. Arjuna
6. Aswatama
7. Baladewa
8. Basupati
9. Basudewa
10. Bhisma
11. Bima
12. Burisrawa
13. Cakil
14. Citraksa
15. Citraksi
16. Citrayuda
17. Citramarma
18. Damayanti
19. Drona (Dorna)
20. Drestadyumna
21. Drestarastra
22. Dropadi
23. Durgandana
24. Durmagati
25. Dursala (Dursilawati)
26. Dursasana
27. Dursilawati
28. Duryodana (Suyodana)
29. Drupada
30. Ekalawya
31. Gatotkaca
32. Gandabayu
33. Gandamana
34. Gandawati
35. Indra
36. Janamejaya
37. Jayadrata
38. Karna
39. Kencakarupa
40. Kretawarma
41. Krepa
42. Kresna
43. Kunti
44. Madrim
45. Manumayasa
46. Matswapati
47. Nakula
48. Nala
49. Niwatakawaca
50. Pandu Dewanata
51. Parasara
52. Parikesit
53. Rukma
54. Rupakenca
55. Sadewa
56. Sakri
57. Sakutrem
58. Salya
59. Sangkuni
60. Sanjaya
61. Santanu
62. Setyajid
63. Setyaboma
64. Satyaki
65. Sanga-sanga
66. Satyawati
67. Srikandi
68. Subadra
69. Tirtanata
70. Seta
71. Udawa
72. Utara
73. Wratsangka
74. Wesampayana
75. Widura
76. Wisanggeni
77. Yudistira
78. Yuyutsu
Punakawan
Punakawan adalah para pembantu dan pengasuh setia Pandawa. Dalam wayang kulit, punakawan ini paling sering muncul dalam goro-goro, yaitu babak pertujukan yang seringkali berisi lelucon maupun wejangan.
Versi Jawa Tengah dan Jawa Timur, wayang kulit/wayang orang
1. Semar
2. Gareng
3. Petruk
4. Bagong
5.
Versi Banyumas, wayang kulit/wayang orang
1. Semarsemorodewo
2. Garengnolo
3. Petrukkanthong
4. Baworcarub
Versi Jawa Barat, wayang golek
1. Semar
2. Astrajingga
3. Dawala
4. Cepot
Versi Bali
1. Tualen
2. Merdah
3. Sangut
4. Delem
5.
Alasan saya memilih kebudayaan wayang ini karena pertama-tama wayang adalah kebudayaan saya sebagai orang jawa dan saya ingin mengetahuinya lebih jauh lagi.selanjutnya saya tertarik dengan wayang dan cerita-ceritanya.Cerita-cerita dalam perwayangan sangat menarik karena dari cerita-ceritanya bisa diambil sebuah refleksi hidup.Cerita-cerita dalam perwayangan sangat mengambarkan kehidupan sehari-hari.dimana ada rasa benci,cinta marah dan semua perasaan ada.bagi saya melihat pertujukan wayang sangatlah menarik karena kita disajikan tontonan yang murah tapi mendidik.Banyak nilai-nilai moral yang dapat diambil dari nilai keadilan,kasih sayang dan kesabaran..
Tindakan yang dilakukan pemerintah dalam melestarikan wayang adalah dengan cara membangun Museum wayang.Museum wayang Bangunan ini resmi jadi Museum Wayang pada tanggal 13 Agustus 1975, diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin. Gedung yang tampak unik dan menarik ini telah beberapa kali mengalami perombakan. Pada awalnya bangunan ini bernama De Oude Hollandsche Kerk ("Gereja Lama Belanda") dan dibangun pertamakali pada tahun 1640. Tahun 1732 diperbaiki dan berganti nama De Nieuwe Hollandse Kerk (Gereja Baru Belanda) hingga tahun 1808 akibat hancur oleh gempa bumi pada tahun yang sama. Di atas tanah bekas reruntuhan inilah dibangun gedung museum wayang dan diresmikan pemakaiannya sebagai museum pada 13 Agustus 1975. Meskipun telah dipugar beberapa bagian gereja lama dan baru masih tampak terlihat dalam bangunan ini.
Museum Wayang memamerkan berbagai jenis dan bentuk wayang dari seluruh Indonesia, baik yang terbuat dari kayu dan kulit maupun bahan-bahan lain. Wayang-wayang dari luar negeri ada juga di sini, misalnya dari Republik Rakyat Cina dan Kamboja. Hingga kini Museum Wayang mengkoleksi lebih dari 4.000 buah wayang, terdiri atas wayang kulit, wayang golek, wayang kardus, wayang rumput, wayang janur, topeng, boneka, wayang beber dan gamelan. Umumnya boneka yang dikoleksi di museum ini adalah boneka-boneka yang berasal dari Eropa meskipun ada juga yang berasal dari beberapa negara non-Eropa seperti Thailand, Suriname, Tiongkok, Vietnam, India dan Kolombia.
Daftar Pustaka
http://www.petra.ac.id/eastjava/culture/wayang.htm
http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_Tokoh_Wayang
WAYANG
Yohanes Eko Wicaksono
XIS3/34
SMA Gonzaga
Hikayat Si Miskin
06.58 | Posted by Yohanes Eko Wicaksono
Maharaja Angkasa Indera Dewa atau Betara Angkasa Indera Dewa turun dari Kayangan ke dunia bersama isterinya tanpa kebenaran Betara Guru, lantas disumpah menjadi sepasang suami isteri yang miskin melarat. Sebaik mendekati balai Istana Maharaja Indera Dewa di negeri Anta Beranta kerana ingin mengadap baginda, mereka dihalau dengan kayu dan batu. Terpaksa tinggal di pinggir hutan serta mencari sisa makanan dari timbunan sampah. Menemui sebiji ketupat basi dan sebuku tebu sebagai mengalas perut. Setiap hari apabila mereka mencari rezeki di mana- mana, nasib yang serupa menimpa, dihalau. Semua orang memanggil mereka Si Miskin.
Sebenarnya ketupat dan buku tebu itu ialah putera dan puteri Betara Karma Jaya yang turun ke dunia dalam bentuk demikian setelah dipuja oleh baginda, terjatuh ke dalam timbunan sampah.
Isteri Maharaja Angkasa Indera Dewa, Dewi Rencana hamil dan Maharaja Angkasa Indera Dewa menjadi semakin gusar dengan nasib mereka dan isterinya yang mengidam buah mempelam di taman Maharaja Indera Dewa. Perubahan sikap orang ramai terhadapnya menyebabkan ia mendapat banyak makanan dan buah –buahan. Namun, isterinya hanya idamkan buah mempelam di taman Maharaja Indera Dewa itu juga. Amat menghairankan apabila raja tersebut dengan senang hati memberi setangkai mempelam, kemudian pula sebiji nangka idaman isterinya.
Isteri Si Miskin melahirkan seorang anak lelaki yang terlalu elok rupanya, dinamakan Marakarma. Dia membawa keluarganya berpindah ke suatu tempat. Sedang ia menggali lubang untuk mendirikan tiang, ia bertemu harta karun; tajau berisi penuh kepingan emas. Dapatlah ia membeli segala keperluannya; kaus, payung, pedang, otar –otar, keris, pelana kuda, tongkat dan kain.
Ia pulang ke rumah lalu mandi berlimau. Kemudian dipangku anaknya sampai menyeru sekira anaknya keturunan dewa, hendaklah terjadi kota istana selengkapnya di dalam hutan itu. Takdir Allah, zahirlah sebuah Negara kota yang serba lengkap dengan segala menteri, hulubalang, rakyat dan raja –raja jajahan takluknya. Si Miskin menjadi raja bergelar Maharaja Indera Angkasa dan, isterinya bergelar Tuan Puteri Ratna Dewa dan Negara ciptaan itu bernama Puspa Sari. Baginda memperoleh seorang puteri pula, dinamakan Nila Kesuma. Maharaja Indera Dewa, raja Anta Beranta dengki dengan apa dimiliki oleh Maharaja Indera Angkasa, lalu menghasut ahli nukum supaya menyatakan kedua –dua anakdanya bakal membawa kecelakaan. Mempercayainya, Maharaja Indera Angkasa lantas menghalau mereka daripada istananya. Hanya berbekalkan tujuh biji ketupat, sebentuk cincin dan sebiji gemala, kanak –kanak dua beradik menuju ke hutan.
Tuan Puteri Cahaya Khairani yang jelita itu telah diculik oleh raksasa. Ayahandanya, Maharaja Malai Kisna memerintahkan segala rakyat bala tentera mencari disegenap pelusuk negeri mereka, Mercu Indera namun gagal. Adinda Puteri Chaya Khairani, Raja Bujangga Indera berangkat ke Tasik Indera Samudera, tempat bermain segala anak dara dewa, mambang, pari dan jin untuk bertemasya sambil bertanya khabar kekandanya itu.
Tiga hari selepas Marakarma meninggalkan Puspa Sari, negeri itu hangus terbakar. Rakyat bertempiaran lari. Tinggallah ayahanda dan bondanya menjadi Si Miskin semula. Barulah disedari dirinya termakan fitnah. Marakarma turut tiba di Tasik Samudera Indera dan sempat berkenalan dengan segala anak raja dan mambang seperti Raja Makardi, Raja Cendera Lela, Raja Dikar Agas Peri dan lain –lain termasuklah Raja Bujangga Indera, adinda Puteri Cahaya Khairani. Sebelum pulang, mereka semua memberi ilmu kesaktian kepada Marakarma. Satu kejadian malang telah memisahkan mereka berdua apabila Marakarma memasuki kebun jagung orang kerana mencari api untuk membakar burung yang ditangkap. Marakarma disangka pencuri, dibelasah sehingga pengsan. Disangka mati, pekebun itu mengikat Marakarma dan dibuang ke laut. Raja Mengindera Sari, putera Maharaja Puspa Indera dari negeri Pelinggam Cahaya berburu di hutan telah menemui Puteri Nila Kesuma, dibawa pulang dan dipelihara dengan penuh kemuliaan oleh ayahanda dan bonda. Dinamakan Puteri Mayang Mengurai. Meningkat remaja, Puteri Mayang Mengurai amat jelita dan Raja Mengindera Sari menaruh hati terhadap saudara angkatnya itu. Mereka akhirnya dijodohkan.
Marakarma dihanyutkan arus terdampar di pantai berhampiran dengan gua kediaman raksasa yang menculik Puteri Cahaya Khairani. Raksasa keluar mencari makan selama tiga bulan barulah kembali semula bertanya Puteri Cahaya Khairani sama ada hati puteri itu cukup besar untuk dimakan. Dengan helah mereka berdua raksasa suami isteri terbunuh; nyanyian raksasa menyebabkan segala binatang di hutan bertempiaran jauh daripada kediaman raksasa. Terpaksalah ia pergi jauh untuk menangkap mangsanya. Marakarma menggali lubang dan menanam ranjau. Sampah dihimpun disambung dengan tali sumbu dibakar. Tiga hari kemudian, raksasa melihat api semarak di kediamannya menerpa balik lalu jatuh ke dalam lubang beranjau.
Marakarma dan Puteri Cahaya Khairani menumpang sebuah kapal seorang saudagar menuju ke negeri Pelinggam Cahaya. Puteri Cahaya yang jelita dan harta raksasa yang dibawa bersama menyebabkan Marakarma ditolak oleh nakhoda jatuh ke laut. Puteri Cahaya Khairani dikurung dan dilindung oleh jurumudi. Marakarma ditelan oleh ikan yu dibawa terdampar dekat kapal berkenaan. Burung helang meminta Nenek Kebayan membelah ikan yu dengan daun padi, lalu keluarlah Marakarma. Baginda akhirnya mengetahui bahawa Puteri Mayang Mengurai, isteri Raja Mengindera itu saudaranya dan Puteri Cahaya Khairani pula ditangan nakhoda. Nenek Kebayan menjual gubahan bunga kepada Puteri Cahaya Khairani untuk membuka rahsia di mana suaminya, Marakarma berada. Satu jamuan diadakan oleh raja untuk meraikan saudagar dan ‘isteri’ yang berakhir dengan tertangkap nakhoda apabila Marakarma muncul dengan penuh kelengkapan kerana kesaktiannya. Puteri Cahaya Khairani kembali ke pangkuannya. Terjadilah pertemuan menyayat hati antara sesama mereka dua beradik; Marakarma dan Puteri Mayang Mengurai (Puteri Nila Kesuma).
Baginda pulang ke negeri Puspa Sari dan mendapati telah ghaib. Menemui ayah dan bonda semula sebagai ‘Si Miskin’. Puspa Sari dicipta semula dengan hikmatnya. Isteri, adinda yang bersama suaminya dibawa menemui ayah binda di Puspa Sari.
Musuh tradisi, Maharaja Indera Dewa dari Anta Beranta menyerang Puspa Sari. Tercetuslah perang besarayng mempamerkan berbagai kesaktian. Marakarma menyeru hadir rakan –rakannya tujuh anak jin yang ditemui di Tasik Samudera Indera dahulu. Semuanya hadir membantu perang tanding ini. Maharaja Indera Dewa ditewaskan tetapi meminta nyawa Puteri Nila Cahaya. Antara rakan yang membantu ialah Raja Bujangga Dewa, saudara Puteri Cahaya Khairani. Raja Bujangga Dewa dikahwinkan dengan Puteri Nila Cahaya dan memerintah negeri Anta Beranta. Marakarma menjadi raja negeri mertuanya Mercu Indera sementara Mengindera Sari pula memerintah negeri asalnya, Pelinggam Cahaya.
Andreas Subekti/XIS3/3
Yohanes Eko Wicaksono/XIS3/34
Biografi
06.51 | Posted by Yohanes Eko Wicaksono
Romo Fransiskus Gregorius Van Lith Sj. dilahirkan di Oirachot, Belanda pada tanggal 17 Mei 1863.Setelah beberapa tahun ditahbiskan menjadi Imam di ditugaskan untuk pergi ke tanah misi yaitu di hindia Belanda tepatnya di tanah Jawa.Pada awalnya dia ragu karena merasa apa yang dia miliki tidak akan berguna untuk misinya di tanah jawa,tapi sekali lagi ini adalah sebuah perutusan akhirnya dia berserah kepada Tuhan dan menyerahkan semuanya yang terjadi kepada Tuhan biarkan Tuhan yang berkarya dalam dirinya dan menunjukkan jalan.dia bersama tiga orang biarawan diutus dari Eropa ke Hindia Belanda. Satu orang ditugaskan di Flores, satu lagi ditugaskan di Sumba. Dua orang ditugaskan di Muntilan dan Mendut.Dia di tanah Jawa ditugaskan bersama dengan Rm.Hovenaars,SJ.
Pada awal misinya ia menemukan suatu hal yang aneh dimana ada penyimpangan yang dilakukan oleh para katekis,para katekis hanya memanfaatkan uang saja dan tidak benar-benar mendidik para calon umat katolik.Dia membongkar semuanya itu walaupun pada awalnya dia tidak mendapat dukungan tapi dia tetap terus berjuang hingga akhirnya fakta didapatkanya kalau memang para katekis telah bersalah.
Perbedaan visi antara Romo Van Lith dan rekannya sangat tajam. Rekannya lebih mengutamakan kuantitas dalam membaptis, sedangkan Romo Van Lith lebih mendalami seluk beluk budaya masyarakat Jawa. Dia mendapat kecaman dan bahkan pusat misi di Muntilan sempat akan ditutup berhubung tidak menghasilkan umat calon baptisan.Tapi dia terus berjuang untuk memegang teguh cara penyebaran agamanya di tanah misi.Sempat terjadi perang dingin melalui buku antara dia dan rekanya Romo Hovenaars,SJ.Ia menyebarkan agama katolik dengan cara mengenal situasi setempat,dan konteks setempat.Dia belajar banyak tentang kebudayaan jawa karena bagi dia untuk menyebarkan sesuatu kita harus bisa masuk ke tempat itu. Namun, rencana Tuhan sungguh indah ketika Sarikromo dan teman-temannya dari Kalibawang memohon van Lith mengajarkan iman Katolik. Sampai suatu saat van Lith membaptis 171 orang di Sendang Sono yang kemudian dikenal sebagai tempat awal misi. Misi Muntilan tidak berakhir. Justru van Lith kian bersemangat melayani orang Jawa. Ia mendidik, menemani, menyelami, memahami, memberi dan menerima dengan belajar, bermain dan hadir bersama orang Jawa. Kedekatan Romo van Lith membuatnya dianggap bapak bagi mereka. Kedekatan itu pula yang membawanya pada posisi membela orang pribumi.Dia sempat dianggap ancaman oleh pemerintah Belanda karena membantu warga Hindia Belanda dengan menuntut agar pemerintah Belanda memberikan hak-hak bagi para warga Hindia Belanda.Dia banyak memberikan kritikan bagi pemerintah Belanda,sehingga dia dibenci pemerinta Belanda.Ketika pada tahun 1921 dia mengalami sakit dan ijinkan untuk kembali ke Belanda,tapi cintanya pada tanah Jawa terus berkorbar sehingga ia terus mengirim kritikan yang pedas.Tahun 1924 dia kembali ke Hindia Belanda dan semakin terus berjuang untuk menjalankan misinya.Keterbatasan umur yang menghalangi dirinya,dia meninggal pada tahun 1926. van Lith, nama yang dikenal sebagai nama sekolah bagus di Jalan Kartini no.1, Muntilan, Jawa Tengah. Misionaris Jesuit asal Belanda ini dikenal memiliki perhatian terhadap pendidikan, merintis karya Gereja di tanah Jawa dan dimakamkan di kompleks kerkop Muntilan..
Romo Van Lith,SJ merupakan orang yang membumi ia tidak segan-seganuntuk turun lansung kemasyarakat bawah untuk menjalankan misinya.Di tanah misi di muntilan dia selalu menemani anak-anak dalam segala kegiatan. Romo van Lith berbeda dengan kawannya Romo Hoevenaars, SJ. Ia menterjemakan doa Bapa Kami dengan citarasa Jawa, daripada persis dalam Kitab Suci
Resensi Buku
06.48 | Posted by Yohanes Eko Wicaksono
Manusia Tidak Mati
Judul : Manusia Tidak Mati
Penulis :Aiko Gibo
Penerbit :PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit :2003
Jumlah Halaman :181
ISBN :979-605-204-4
Buku ini menyingkap pengalaman spiritual yang berhubungan dengan roh-roh.Memuat sebelas bagian penting yang menunjukkan bahwa setelah manusia mati,jiwa dari manusia tidak lenyap begitu saja seiring dengan lenyapnya tubuh.
Buku ini menyajikan pelajaran hidup yang sangat menarik dan bermanfaat tentang kemana jiwa manusia setelah mati.Di dalam buku ini ditampilkan banyak cerita yang menjelaskan bahwa roh itu ada dan bisa mempengaruhi hidup kita.Buku ini menyajikan bahwa roh-roh yang ada mencoba untuk menunjukkan kehadiran dirinya dengan berbagai cara untuk mendapat sikap peduli dari orang-orang terdekat dari roh-roh yang ada.
Di dalam buku ini,kita diperkenalkan pada seseorang perempuan bernama Aiko Gibo yang lahir di Yokohama,Jepang,pada 1932.Melalui telinga kanannya yang hanpir tuli sama sekali,ia justru mampu mendengar dengan jelas pesan-pesan yang disampaikan roh kepadanya.Melalui mata kirinya yang hampir buta ,ia justru mampu melihat “Penampakan” yang dimunculkan oleh roh.Kemasyhuranya tidak mengalahkan pilihan-pilihan untuk hidup bersahaja sebagai istri dan ibu rumah tangga biasa.kekuatanya sempat hilang tapi kembali lagi saat ia sudah menjdi seorang ibu dan ia menggunakanya untuk menolong orang banyak.Tidak terhitung banyaknya kasus nyata tentang nasib malang yang akhirnya bisa disudahi dengan kemampuanya berkomunikasi dengan roh-roh.Bukan Cuma nasib malang yang menimpa peseorangan,melainkan juga nasib malang yang menimpa sejumlah perusahaan.Kemasyhuranya sebagai seorang medium kini sudah diakui sampai Amerika Serikat.Banyak pihak ,termasuk sejumlah perusahhan,telah manfaatkan jasanya.
Melalui buku ini,Aiko Gibo ingin mangajak bahwa kita yang masih hidup perlu selalu menghormati serta mengenang dengan tulus roh dari para saudara kita yang tidak lagi berada di dunia ini.Ia pun yakin dan mengajak kita untuk bersikap baik terhadap sesama kita di dunia ini,agar kelak kita tidak hidup menderita di dunia roh.
Kelebihan buku ini mengingatkan kita bahwa jiwa manusia yang sudah mati juga membutuhkan perhatian kita karena mereka semua yang sudah di alam lain juga mempengaruhi hidup kita.
Kekurangan buku ini banyak sekali kisah-kisah tentang roh sehingga membuat orang yang tidak terlalu percaya tentang roh akan menganggap buku ini dibuat-buat oleh pengarang.
Buku ini diharapkan dibaca oleh seseorang yang sudah berusia 17 tahun keatas karena butuh pemahaman yang dalam agar tidak terjadi pemahaman yang salah tentang buku ini.Semoga dengan membaca buku ini kita bisa sadar betul bahwa orang-orang yang sudah meninggal butuh perhatian kita.
Yohanes Eko Wicaksono
XIS3/34
Refleksi Sejarah
06.47 | Posted by Yohanes Eko Wicaksono
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa oleh sebab itu penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan keadilan .
Kalimat diatas merupakan sepenggal kalimat yang ada di pembukaan UUD 45.
Penjajahan memang menyakitkan karena meninggalkan sebuah luka yang mendalam dari segi psikologis dan fisik.Indonesia merupakan negeri yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya alam itu sangat berguna bagi perekambangan negara lain sehingga Indonesia merupakan negeri yang subur untuk dijajah kekayaan alamnya.Rempah-rempah merupakan sumber daya alam yang dimiliki oleh Indonesia dan dicari oleh banyak negara barat.
Sebelum Indonesia merdeka,selama berpuluh-puluh tahun warga Indonesia hidup diatas sebuah penjajahan.Penjajahan yang dialami oleh rakyat Indonesia tidak hanya dilakukan oleh satu negara saja sehingga penderitaan Indonesia sangat mendalam.Penderitaan dan luka yang mendalam terlihat di wajah rakyat Indonesia ,semuanya itu terlihat dari tubuh mereka yang kurus kering,luka-luka yang ada di tubuh mereka karena siksaan para penjajah dan para wanita dan anak-anak yang menangis karena kehilangan suami dan ayah dari anak-anak.
Sungguh tragis di tengah penjajahan oleh bangsa asing ternyata ada penjajahan yang dilkukan oleh bangsa sendiri.Tidak sedikit bangsa Indonesia yang berusaha untukmencari selamat sendiri tampa memperdulikan yang lain.Diantara bangsa Indonesia ada yang berusaha untuk mencari muka dengan penjajah dengan cara membantu penjajah dalam mencapai tujuan dengan penjajah memberikan uang sebagai balasanya.Sungguh hal yang sangat memprihatinkan sendiri,karena hanya karena uang sesama bangsa sendiri saling menjatuhkan .Sampai saat ini pun masih banyak sekali terjadi di sekitar kita banyak orang karena hanya uang dn jabatan saling menjatuhkan dan bahkan saling membunuh.
Masih bisa kita syukuri bahwa masih ada rakyat Indonesia yang mau bangkit dan bersatu melawqan para penjajah.Perjuangan untuk bebas dari para penjajah sangatlah besar di hati bangsa Indonesia.Perjuangan dalam bentuk fisik yaitu perperangan terjadi hampir di setiap daerah di muka bumi Indonesia.Para pejuang merelakkan semuanya yang mereka miliki bahkan nyawa mereka demi mencapai kemerdekaan .Perjuangan tidak hanya keluar dari perjuangan fisik saja tapi juga dengan perjuangan politik.Kita harus bisa menyadari bahwa dalam perjuangan fisik kita selalu kalah karena memang persenjataan kita kurang.Hanya dengan senjata hasil rampasan dan sisanya dengan golok dan bamboo runcing rakyat Indonesia berjuang.Kita mesti bersyukur kegigihan yang dimilki bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan sangatlah besar,bangsa Indonesia memakai beberapa cara demi mencapai sebuah kemerdekaan.Bangsa Indonesia memiliki kaum-kaum terpelajar ,dan mereka berjuang dari cara lain yaitu dengan politik dan berbagai cara menggunakan kepandaianya dalam segala bidang membantu membangkitkan semangat perjuangan bangsa Indonesia.
Sampai saat ini penjajahan masih membawa luka yang mendalam bagi bangsa Indonesia,trauma yang mendalam terjadi pada keluarga yang sampai sekarang masih hidup dan secara lansung mengalami era penjajahan.Ketakutan masih bisa saya lihat di wajah mereka walupun saya hanya bisa melihatnya di televisi kebanyakan korban yang ketakutan adalah wanita yang sekarang usianya sudah tua dan hidup tidak jelas.Mereka semua takut bahwa penjajahan akan terjadi lagi di saat ini dan mereka lebih menakutkan lagi bila yang melakukan penjajahan adalah bangsa Indonesia sendiri.Perempuan merupakan subjek yang selalu dikenai,kebanyakan pada jaman penjajahan waniti menjadi makhluk yang kurang bisa berdaya menghadapi ganasnya para penjajah.
Satu hal yang patut kita banggakan bahwa dan bisa kita contoh adalah semangat bangsa Indonesia yang tidak pernah pedam dalam memperjuangkan kemerdekaan.Semangat dan kegigihan mereka harus kita contoh sampai saat ini supaya kita bisa membawa Indonesia negeri tercinta kearah yang lebih maju sehingga tidak lagi terjadi penjajahan.
Yohanes Eko Wicaksono
XIS3/34
Tentang Hutan Bakau
06.33 | Posted by Yohanes Eko Wicaksono
Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran tadi --yang mengakibatkan kurangnya aerasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati proses adaptasi dan evolusi.
1. Luas dan Penyebaran
Hutan-hutan bakau menyebar luas di bagian yang cukup panas di dunia, terutama di sekeliling khatulistiwa di wilayah tropika dan sedikit di subtropika.Luas hutan bakau Indonesia antara 2,5 hingga 4,5 juta hektar, merupakan mangrove yang terluas di dunia. Melebihi Brazil (1,3 juta ha), Nigeria (1,1 juta ha) dan Australia (0,97 ha) (Spalding dkk, 1997 dalam Noor dkk, 1999).Di Indonesia, hutan-hutan mangrove yang luas terdapat di seputar Dangkalan Sunda yang relatif tenang dan merupakan tempat bermuara sungai-sungai besar. Yakni di pantai timur Sumatra, dan pantai barat serta selatan Kalimantan. Di pantai utara Jawa, hutan-hutan ini telah lama terkikis oleh kebutuhan penduduknya terhadap lahan.Di bagian timur Indonesia, di tepi Dangkalan Sahul, hutan-hutan mangrove yang masih baik terdapat di pantai barat daya Papua, terutama di sekitar Teluk Bintuni. Mangrove di Papua mencapai luas 1,3 juta ha, sekitar sepertiga dari luas hutan bakau Indonesia.
2. Lingkungan fisik dan zonasi
Jenis-jenis tumbuhan hutan bakau ini bereaksi berbeda terhadap variasi-variasi lingkungan fisik di atas, sehingga memunculkan zona-zona vegetasi tertentu. Beberapa faktor lingkungan fisik tersebut adalah:
1. Jenis tanah.
Sebagai wilayah pengendapan, substrat di pesisir bisa sangat berbeda. Yang paling umum adalah hutan bakau tumbuh di atas lumpur tanah liat bercampur dengan bahan organik. Akan tetapi di beberapa tempat, bahan organik ini sedemikian banyak proporsinya; bahkan ada pula hutan bakau yang tumbuh di atas tanah bergambut.
Substrat yang lain adalah lumpur dengan kandungan pasir yang tinggi, atau bahkan dominan pecahan karang, di pantai-pantai yang berdekatan dengan terumbu karang.
2. Terpaan ombak
Bagian luar atau bagian depan hutan bakau yang berhadapan dengan laut terbuka sering harus mengalami terpaan ombak yang keras dan aliran air yang kuat. Tidak seperti bagian dalamnya yang lebih tenang.Yang agak serupa adalah bagian-bagian hutan yang berhadapan langsung dengan aliran air sungai, yakni yang terletak di tepi sungai. Perbedaannya, salinitas di bagian ini tidak begitu tinggi, terutama di bagian-bagian yang agak jauh dari muara. Hutan bakau juga merupakan salah satu perisai alam yang menahan laju ombak besar.
3. Penggenangan oleh air pasang
Bagian luar juga mengalami genangan air pasang yang paling lama dibandingkan bagian yang lainnya; bahkan terkadang terus menerus terendam. Pada pihak lain, bagian-bagian di pedalaman hutan mungkin hanya terendam air laut manakala terjadi pasang tertinggi sekali dua kali dalam sebulan.Menghadapi variasi-variasi kondisi lingkungan seperti ini, secara alami terbentuk zonasi vegetasi mangrove; yang biasanya berlapis-lapis mulai dari bagian terluar yang terpapar gelombang laut, hingga ke pedalaman yang relatif kering.Jenis-jenis bakau (Rhizophora spp.) biasanya tumbuh di bagian terluar yang kerap digempur ombak. Bakau Rhizophora apiculata dan R. mucronata tumbuh di atas tanah lumpur. Sedangkan bakau R. stylosa dan perepat (Sonneratia alba) tumbuh di atas pasir berlumpur. Pada bagian laut yang lebih tenang hidup api-api hitam (Avicennia alba) di zona terluar atau zona pionir ini.Di bagian lebih ke dalam, yang masih tergenang pasang tinggi, biasa ditemui campuran bakau R. mucronata dengan jenis-jenis kendeka (Bruguiera spp.), kaboa (Aegiceras corniculata) dan lain-lain. Sedangkan di dekat tepi sungai, yang lebih tawar airnya, biasa ditemui nipah (Nypa fruticans), pidada (Sonneratia caseolaris) dan bintaro (Cerbera spp.).Pada bagian yang lebih kering di pedalaman hutan didapatkan nirih (Xylocarpus spp.), teruntum (Lumnitzera racemosa), dungun (Heritiera littoralis) dan kayu buta-buta (Excoecaria agallocha).
3. Bentuk-bentuk adaptasi
Menghadapi lingkungan yang ekstrim di hutan bakau, tetumbuhan beradaptasi dengan berbagai cara. Secara fisik, kebanyakan vegetasi mangrove menumbuhkan organ khas untuk bertahan hidup. Seperti aneka bentuk akar dan kelenjar garam di daun. Namun ada pula bentuk-bentuk adaptasi fisiologis.
Pohon-pohon bakau (Rhizophora spp.), yang biasanya tumbuh di zona terluar, mengembangkan akar tunjang (stilt root) untuk bertahan dari ganasnya gelombang. Jenis-jenis api-api (Avicennia spp.) dan pidada (Sonneratia spp.) menumbuhkan akar napas (pneumatophore) yang muncul dari pekatnya lumpur untuk mengambil oksigen dari udara. Pohon kendeka (Bruguiera spp.) mempunyai akar lutut (knee root), sementara pohon-pohon nirih (Xylocarpus spp.) berakar papan yang memanjang berkelok-kelok; keduanya untuk menunjang tegaknya pohon di atas lumpur, sambil pula mendapatkan udara bagi pernapasannya. Ditambah pula kebanyakan jenis-jenis vegetasi mangrove memiliki lentisel, lubang pori pada pepagan untuk bernapas.
Untuk mengatasi salinitas yang tinggi, api-api mengeluarkan kelebihan garam melalui kelenjar di bawah daunnya. Sementara jenis yang lain, seperti Rhizophora mangle, mengembangkan sistem perakaran yang hampir tak tertembus air garam. Air yang terserap telah hampir-hampir tawar, sekitar 90-97% dari kandungan garam di air laut tak mampu melewati saringan akar ini. Garam yang sempat terkandung di tubuh tumbuhan, diakumulasikan di daun tua dan akan terbuang bersama gugurnya daun.
Pada pihak yang lain, mengingat sukarnya memperoleh air tawar, vegetasi mangrove harus berupaya mempertahankan kandungan air di dalam tubuhnya. Padahal lingkungan lautan tropika yang panas mendorong tingginya penguapan. Beberapa jenis tumbuhan hutan bakau mampu mengatur bukaan mulut daun (stomata) dan arah hadap permukaan daun di siang hari terik, sehingga mengurangi evaporasi dari daun.
4. Perkembangbiakan
Adaptasi lain yang penting diperlihatkan dalam hal perkembang biakan jenis. Lingkungan yang keras di hutan bakau hampir tidak memungkinkan jenis biji-bijian berkecambah dengan normal di atas lumpurnya. Selain kondisi kimiawinya yang ekstrem, kondisi fisik berupa lumpur dan pasang-surut air laut membuat biji sukar mempertahankan daya hidupnya.
Hampir semua jenis flora hutan bakau memiliki biji atau buah yang dapat mengapung, sehingga dapat tersebar dengan mengikuti arus air. Selain itu, banyak dari jenis-jenis mangrove yang bersifat vivipar: yakni biji atau benihnya telah berkecambah sebelum buahnya gugur dari pohon.
Contoh yang paling dikenal barangkali adalah perkecambahan buah-buah bakau (Rhizophora), tengar (Ceriops) atau kendeka (Bruguiera). Buah pohon-pohon ini telah berkecambah dan mengeluarkan akar panjang serupa tombak manakala masih bergantung pada tangkainya. Ketika rontok dan jatuh, buah-buah ini dapat langsung menancap di lumpur di tempat jatuhnya, atau terbawa air pasang, tersangkut dan tumbuh pada bagian lain dari hutan. Kemungkinan lain, terbawa arus laut dan melancong ke tempat-tempat jauh.
Buah nipah (Nypa fruticans) telah muncul pucuknya sementara masih melekat di tandannya. Sementara buah api-api, kaboa (Aegiceras), jeruju (Acanthus) dan beberapa lainnya telah pula berkecambah di pohon, meski tak nampak dari sebelah luarnya. Keistimewaan-keistimewaan ini tak pelak lagi meningkatkan keberhasilan hidup dari anak-anak semai pohon-pohon itu. Anak semai semacam ini disebut dengan istilah propagul.
Propagul-propagul seperti ini dapat terbawa oleh arus dan ombak laut hingga berkilometer-kilometer jauhnya, bahkan mungkin menyeberangi laut atau selat bersama kumpulan sampah-sampah laut lainnya. Propagul dapat ‘tidur’ (dormant) berhari-hari bahkan berbulan, selama perjalanan sampai tiba di lokasi yang cocok. Jika akan tumbuh menetap, beberapa jenis propagul dapat mengubah perbandingan bobot bagian-bagian tubuhnya, sehingga bagian akar mulai tenggelam dan propagul mengambang vertikal di air. Ini memudahkannya untuk tersangkut dan menancap di dasar air dangkal yang berlumpur.
5. Suksesi hutan bakau
Tumbuh dan berkembangnya suatu hutan dikenal dengan istilah suksesi hutan (forest succession atau sere). Hutan bakau merupakan suatu contoh suksesi hutan di lahan basah (disebut hydrosere). Dengan adanya proses suksesi ini, perlu diketahui bahwa zonasi hutan bakau pada uraian di atas tidaklah kekal, melainkan secara perlahan-lahan bergeser.
Suksesi dimulai dengan terbentuknya suatu paparan lumpur (mudflat) yang dapat berfungsi sebagai substrat hutan bakau. Hingga pada suatu saat substrat baru ini diinvasi oleh propagul-propagul vegetasi mangrove, dan mulailah terbentuk vegetasi pionir hutan bakau.
Tumbuhnya hutan bakau di suatu tempat bersifat menangkap lumpur. Tanah halus yang dihanyutkan aliran sungai, pasir yang terbawa arus laut, segala macam sampah dan hancuran vegetasi, akan diendapkan di antara perakaran vegetasi mangrove. Dengan demikian lumpur lambat laun akan terakumulasi semakin banyak dan semakin cepat. Hutan bakau pun semakin meluas.
Pada saatnya bagian dalam hutan bakau akan mulai mengering dan menjadi tidak cocok lagi bagi pertumbuhan jenis-jenis pionir seperti Avicennia alba dan Rhizophora mucronata. Ke bagian ini masuk jenis-jenis baru seperti Bruguiera spp. Maka terbentuklah zona yang baru di bagian belakang.
Demikian perubahan terus terjadi, yang memakan waktu berpuluh hingga beratus tahun. Sementara zona pionir terus maju dan meluaskan hutan bakau, zona-zona berikutnya pun bermunculan di bagian pedalaman yang mengering.
Uraian di atas adalah penyederhanaan, dari keadaan alam yang sesungguhnya jauh lebih rumit. Karena tidak selalu hutan bakau terus bertambah luas, bahkan mungkin dapat habis karena faktor-faktor alam seperti abrasi. Demikian pula munculnya zona-zona tak selalu dapat diperkirakan.
Di wilayah-wilayah yang sesuai, hutan mangrove ini dapat tumbuh meluas mencapai ketebalan 4 km atau lebih; meskipun pada umumnya kurang dari itu.
Jika di tinjau dari fungsinya, hutan Bakau atau Mangrove sangat berperan sentaral dalam pentuan kehidupan mahluk hidup yang berada pada atau di sekitar kawasan hutan mangrove tersebut. Hutan Mangrove tersebut memiliki beberapa fugsi jika kita tinjau deri beberapa aspek, misalnya aspek fisika, kimia dan biologi.
Dari sisi aspek fisika, hutan mangrove berperan sebagai pelindung garis pantai dari ancama abrasi yang dikarenakan meluapnya air laut sehingga menyebabkan terjadinya gelombag pasang, dan juga kawasan ini juga barperan sebagai pelindung bagi kawasan parumahan yang berada di balakang hutan ini dengan mengurangi atau menghambat kecepatan tiupan angin ribut dan badai.
kalau dari aspek kimianya hutan mangrove atau hutan bakau kawasan ini berperan sama halnya dengan funsi hutan pada umumnya yaitu mengurangi terjadinya polusi udara dengan menyerap gas carbondioksida (Co2) yang berada di udara kemudian menghasilkan oksigen (O2) yang kemudian digunakan oleh mahluk hidup untuk menjalani proses kehidupannya, kawasan mangrove atau bakau juga dapan menyerap limbah buangan yang telah mencemari laut baik limbah yang berasal dari lalulintas perkapalan ataupun yang berasal dari darat.
Aspek biologi dari hutan mangrove sendiri yaitu manjadi lokasi atau tempat baki beberapa mahluk hidup untuk melakukan aktifitasnta baik untuk berkembag biak (tempat memijah beberapa jenis ikan laut) mencari makan, atau sebagai tempat beristirahat bagi beberapa jenis burung yang selalu melakukan aktifitas migrasi untuk melakukan perkembangbiakan atau upaya menghindar dari ancaman pergantian musim.
Namun ada satu fungsi lagi yang harus kita ketahui bersama yaitu jika ditinjau dari aspek Sosial dan Ekonomi maka kawasan ini juga sangat berpengaruh terhadap perkembangak kehidupan manusia yang berdomisili di sekitan kawasan tersebut, dari aspek ekonominya kasan mangrove jika dikembangkanmenjadi hutan wisata maupun hutan wana wisata maka akan secara langsung berdampak pada kehidupan masyarakat pada sekitar atau yang berada di kawasan hutan mangrove.
jenis-jenis mangrove antaralain: Rhizopora mucronata, Rhizopora stylosa, Rhizopora apiculata,(jenis Rhizopora sp adalah yang paling identik dengan hutan mangrove), Bruguiera gymnorhiza, Ceriops decandera, Ceriops tagal, Eksocaria agalocha, Lumnitzera recamoza, Aicennia alba, Avicennia mariana, Xylocarpus granatum, Acanthus ilicifolius, Agiceras corniculatum, Nypa fruiticans, Sonneratia alba (ini merupakan beberapa jenis dari mangrove), sedangkan Metroxyllon saggo dan Pandanus sp, serinkali dipakai beberapa peneliti untuk mengelompokannya kedalam jenis tumbuhan yang berada di hutan mangrove karena berada pada daerah peralihan antara hutan bakau dan hutan rawa.
SUMBER: http://wapedia.mobi/id/Hutan_Bakau
Maraknya Persoalan SDA
22.49 | Posted by Yohanes Eko Wicaksono
Rusaknya lingkungan hutan di Indonesia membuat para penghuni hutan turun ke lingkungan manusia .Turunya penghuni hutan ke lingkungan manusia contohnya harimau,turunnya harimau membuat terjadinya beberapa konflik.Beberapa waktu yang lalu konflik antara manusia dengan hewan yang dilindungi terjadi kembali.di daerah Riau dalam dua pekan terakhir,tiga ekor Harimau Sumatera (Phantera tigris Sumatrae) tewas mengenaskan dijerat oleh warga setelah sebelumnya hewan langka itu memakan hewan peliharaan milik warga. warga sangat resah karena seringkali harimau sumatera turun ke lingkungan manusia untuk mencari makan.Kerusakan hutan membuat para harimau sumatera tidak lagi mempunyai tempat tinggal yang layak sebagaimana tempat tinggal para binatang,bahkan untuk mencari untuk mencari makan di lokasinya sendiri juga sudah mengalami kesusahan karena binatang-binatang yang menjadi mangsa harimau juga sudah mencari tempat lain .Lingkungan hutan yang rusak membuat harimau sumatera tidak nyaman tinggal di lingkunganya karena memang hutan sudah benar-benar berubah.Mencari teampat baru merupakan jalan pilihan harimau sumatera.Harimau sumatera merupakan hewan langka dan dilindungi oleh pemerintah .Semakin hari jumlah harimau sumatera semakin sedikit sehingga perlu dilindungi,kebanyakan harimau sumatera mati karena dibunuh oleh manusia dan juga karena faktor lingkungan yang rusak karena harimau sumatera tidak mampu beradaptasi.Pengembang biakkan harimau sumatera sangatlah susah apalagi ditambah dengan rusaknya lingkungan hutan yang sangat mempengaruhi pertumbuhan harimau sumatera.Sebenarnya kerusakan lingkungan hutan sudah tidak dapat dibenarkan lagi dan sangatlah mengganggu sekali.Sebab bila dibiarkan terus harimau akan terus turun ke lingkungan manusia untuk mencari makan dan korbanya bukan lagi hewan ternak tapi juga manusia.Beberapa manusia juga sudah menjadi korban ganasnya harimau yang kelaparan bahkan ada korban tewas karena menjadi kegarangan harimau yang kelaparan.
Bila sudah memakan korban manusia pemerintah harus segera bertindak karena berarti rusaknya lingkungan hutan yang menyebabkan harimau turun untuk mencarui makan merupakan ancaman yang tidak bisa dianggap eneteng begitu saja.Cara pertama yang baik adalah pemerintah harus bisa bertindak tegas terhadap para penebang liar,keamanan di hutan harus segera diperketat.Bahkan bila perlu hukum sesuai dengan undang-undang orang-orang yang melakukan penenbangan liar yang dapat merusak hutan.setelah memperketat penjagaan di hutan mungkin pemerintah juga bisa melakukan kembali perbaikan hutan dengan cara melakukan penanaman kembali pada hutan.Untuk membantu pemerintah andil masyrakat juga sangat diperlukan karena masyarakatlah yang berpengaruh akan pelestarian hutan,tampa bantuan masyarakat umum pemerintah tidak bisa mewujudkan program kerja yang baik untuk memperbaiki hutan.
Yohanes Eko Wicaksono
XIS3/34